RSS

Arsip Penulis: ragelemulyo

MANAJEMEN PELAYANAN GIZI MASYARAKAT DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya.
Pembangunan kesehatan dilakukan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga serta pencegahan penyakit, disamping upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pembangunan kesehatan ditujukan pada peningkatan SDM, peningkatan harapan hidup, peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut dapat dicapai melalui proses pembangunan kesehatan yang berkesinambungan baik oleh pemerintah kota maupun oleh masyarakat termasuk swasta. Pembangunan ini diawali dengan suatu proses perencanaan untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.

B. Masalah
Permasalahan kesehatan menuntut pelayanan kesehatan yang optimal disetiap wilayah dengan maksimal. Berkaitan dengan masalah tersebut perlu adanya Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2. Tujuan Khusus
– Memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak meliputi : KB, Imunisasi, Ibu Nifas, WUS, PUS.
– Memberikan pelayanan gizi
– Memberikan pelayanan kesehatan lingkungan sanitasi
– Memberikan pelayanan pengobatan
– Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
– Memberikan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
– Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
– Memberikan pelayanan kesehatan laboratorium sederhana
– Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

BAB II
KEADAAN UMUM PUSKESMAS

A. Eksternal
Puskesmas terletak di Kecamatan Semarang Utara, tepatnya di Kelurahan Bandarharjo. Luas wilayah Puskesmas Bandarharjo ± 7,912 Ha meliputi empat kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Bandarharjo
2. Kelurahan Tanjung Mas
3. Kelurahan Kuningan
4. Kelurahan Dadapsari
Sedangkan jumlah penduduk wilayah Puskesmas Bandarharjo adalah 73.044 jiwa.

B. Internal
1. Tenaga Kesehatan
Sumber daya manusia di Puskesmas Bandarharjo adalah sebagai berikut :
– Dokter Umum : 3 orang
– Dokter Gigi : 2 orang
– Perawat Gigi : 1 orang
– Perawat : 4 orang
– Bidan : 4 orang
– HS : 1 orang
– Analis : 1 orang
– Gizi : 1 orang
– Harlep : 6 orang
– Pekarya Kes. : 3 orang
– TU : 1 orang
– As. Apoteker : 1 orang

2. Pemimpin dan Personalia
Kepala Puskesmas Bandarharjo : dr. Wardah Baharun
Ka. Tata Usaha : Endang Setyo Rahayu
Koodinator Gizi : Dyah Adi P
Koordinator KIA dan KB : Yohana TR
Koordinator SP3 : Purwati T
Koordinator P2 Diare : Sri Nurhayati
3. Fasilitas Kesehatan
– 1 unit mobil puskesling
– 3 sepeda motor (2 induk, 1 pustu Dadapsari)
– 2 sepeda gunung (pustu)
– 1 unit foggong fokus

C. Potensi
1. Pasien / Pengunjung
Pasien pengunjung di Puskesmas Bandarharjo meliputi Ibu Hamil, balita, dan para pengunjung keluhan sakit. Di Puskesmas Bandarharjo dibuat jadwal untuk pasien atau pengunjung yang datang seperti di Poli KIA, pemeriksaan ibu hamil setiap hari Selasa, KB setiap hari Rabu, pelayanan imunisasi untuk bayi setiap hari Kamis, pemeriksaan anak setiap hari Senin-Sabtu, di Poli Gigi dan Umum setiap hari senin-Sabtu.
2. Ruangan
Di Puskesmas Bandarharjo ada 9 ruangan yang dipergunakan sehari-hari, yaitu :
– Ruang Kepala Puskesmas
– Ruang Loket
– Ruang Gigi
– Ruang Apotek
– Ruang KIA
– Ruang Lab
– Ruang Obat
– Kamar mandi
– Ruang TU

D. Kegiatan Puskesmas
1. Kesehatan Keluarga Termasuk Kesehatan Reproduksi
a. Kesehatan Maternal dan Neonatal
Sasaran : Ibu hamil, ibu nifas.
Kegiatan :
• Pelayanan kesehatan bagi bumil sesuai standar untuk kunjungan lengkap (K4)
• Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Pelayanan nifas lengkap (KN) : Pelayanan KN dan kunjungan ibu nifas
b. Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
Sasaran : balita dan anak pra sekolah.
Kegiatan :
• Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita
• Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak pra sekolah/apras
• Sistem pelayanan MTBS di Puskesmas
c. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
Sasaran : anak usia sekolah dan remaja
Kegiatan :
• Kegiatan penjaringan kesehatan di SD/MI
• Kegiatan penjaringan kesehatan di SLTP/MTs
• Pembinaan UKS/UKGS di SD/MI
• Pembinaan UKS/UKGS di SLTP/MTs
• Pelatihan dokter kecil
• Konseling kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas

d. Pelayanan Keluarga Berencana
Sasaran : PUS, ibu nifas.
Kegiatan :
• Akseptor KB aktif di Puskesmas
e. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Sasaran : keluarga
Kegiatan :
• Kegiatan asuhan keperawatan pada keluarga
• Pemberdayaan dalam upaya kemandirian pada keluarga lepas asuh
2. Upaya pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
a. TB Paru
Kegiatan :
• Suspek
• Penemuan dan pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA positif
• Penemuan dan pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA negatif, RO positif.
b. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan :
• Imunisasi lengkap pada bayi
• Imunisasi lengkap pada ibu hamil
• Bias DT kelas 1 SD/MI
• Bias DT kelas 2-3 SD/MI
• Bias campak pada anak sekolah
c. Diare
Kegiatan :
• Penemuan kasus diare di Puskesmas dan kader
• Rehidrasi oral dengan oralit
d. ISPA
Kegiatan :
• Penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh Puskesmas
• Jumlah kasus pneumonia dan pneumonia diobati standar
e. Demam Berdarah
Kegiatan :
• Penemuan kasus tersangka
• Rujukan kasus tersangka ke RS
• Penyelidikan Epidemiologi
f. Sistem Kewaspadaan Dini
Kegiatan :
• Melakukan pemantauan dan analisis hasil pelaporan mingguan penyakit menular
g. Kusta
Kegiatan :
• Penemuan dan pengobatan tersangka penderita
• Pemeriksaan kontak penderita
• Prevalensi
3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
a. Perbaikan Gizi
Kegiatan :
• Pemberian kapsul vitamin A pada balita
• Pemberian tablet besi (Fe 90) pada ibu hamil
• Pemberian PMT pemulihan pada balita gizi buruk
• Melakukan pemantauan SKDN
• Pemberian kapsul vitamin A pada anak 6-11 bulan
• Pemberian kapsul vitamin A pada Bufas
b. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi
Kegiatan :
• Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu
• Pembinaan kesehatan gigi pada TK
• Perawatan kesehatan gigi di SD/MI
• Murid SD yang mendapat perawatan gigi
• Gigi tetap yang dicabut
• Gigi tetap yang ditambal permanen
4. Upaya Pengobatan dan Pemulihan Kesehatan
a. Pengobatan dan Perawatan
Kegiatan :
• Kunjungan rawat jalan umum
• Kunjungan rawat jalan gigi
b. Pemeriksaan laboratorium
Kegiatan :
• Pemeriksaan Hb pada ibu hamil
• Pemeriksaan trombosit pada DB
• Pemeriksaan Gula Darah
• Pemeriksaan test kehamilan
• Pemeriksaan sputum TB
• Pemeriksaan urine protein pada ibu hamil
• Pemeriksaan golongan darah
5. Kesehatan Lingkungan
a. Penyehatan Air
Kegiatan :
• Infeksi sanitasi air bersih
• Pembinaan kelompok pemakai air
b. Pemeriksaan laboratorium
Kegiatan :
• Infeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
• Pembinaan tempat pengelolaan makanan
c. Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah
Kegiatan :
• Infeksi sanitasi sarana pembuangan sampah dan limbah
• Pengawasan tempat pembuangan sampah sementara

d. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga
Kegiatan :
• Inpeksi sanitasi rumah
e. Pengawasan Sanitasi TU dan Industri
Kegiatan :
• Infeksi sanitasi TTU
• Pemantauan berkala sanitasi TTU
• Pengawasan sanitasi industri rumah tangga
f. Pengendalian Vektor
Kegiatan :
• Pengawasan tempat potensial perindukan sektor di permukiman penduduk dan sekitar
6. Upaya Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Sasaran
Kegiatan :
• Rumah tangga
• Institusi pendidikan
• Institusi kesehatan
• Institusi TTU
• Institusi tempat kerja
7. Pemberdayaan Masyarakat dalam Kemandirian Hidup Sehat
a. Mendorong untuk terbentuk dan berperannya pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
Kegiatan :
• ToMa / adat / agama
• Kader kesehatan aktif
b. Mendorong Terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Kegiatan :
• Posyandu aktif
• Posyandu purnama dan mandiri
c. Bina Kesehatan Tradisional
Kegiatan :
• Pembinaan toga dan manfaatnya
• Pembinaan pengobatan tradisional yang menggunakan tanaman obat
• Pembinaan pengobatan tradisional dengan ketrampilan
d. Bina Kesehatan Kerja
Kegiatan :
• Pos UKK yang berfungsi baik
• Pos UKK menuju simasker
• Pelayanan kesehatan olah tenaga kesehatan pada pos UKK
e. Mendorong Kepesertaan Masyarakat dalam JKPM
Kegiatan :
• Kepesertaan masyarakat dalam JPKM
• Kunjungan peserta PJKM
8. Pelayanan Penduduk Miskin dan Kelompok Masyarakat
a. Pelayanan Gakin
Kegiatan :
• Pemberian kartu miskin
• Kunjungan pelayanan gakin di Puskesmas
b. Pelayanan Kesehatan pada Kelompok Masyarakat Khusus
Kegiatan :
• Pembinaan kesehatan masyarakat di lokasi kumuh di perkotaan
• Frekuensi kunjungan ke lokasi
9. Pengembangan Program Inovatif
a. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Kegiatan :
• Pembinaan kelompok usia lanjut sesuai standar
• Pemantauan kesehatan pada anggota
• Pelayanan kesehatan usila terpadu
b. Hipertensi pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJP)
Kegiatan :
• Penjaringan kasus dengan pemeriksaan fisik dan pendukung pada pasien yang datang
• Penjaringan kasus dengan pemeriksaan fisik dan penunjang pada kelompok potensial
c. Upaya Kesehatan mata/pencegahan kebutaan
Kegiatan :
• Penemuan kasus di masyarakat dan puskesmas melalui visus/refraksi
• Penemuan kasus
• Kasus katarak
d. Upaya kesehatan telinga/pencegahan gangguan pendengaran
Kegiatan :
• Penyakit telinga
e. Kesehatan Jiwa
Kegiatan :
• Penemuan dan kasus gangguan perilaku, gangguan jiwa, masalah narkoba/napza,dll.
• Penanganan kasus kesehatan jiwa dirujuk ke RS/spesialis

BAB III
PERMASALAHAN KESEHATAN DAN GIZI SERTA
PENANGGULANGANNYA

Sebagaimana dicantumkan dalam Sistem Kesehatan Nasional, tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu kesejahteraan umum dan pembangunan nasional dapat diwujudkan.
Khususnya dalam upaya peningkatan dan pemantapan kesehatan kegiatan perlu dilakukan melalui pelayanan paripurna berdasarkan pendekatan, peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Masalah kesehatan yang timbul kebanyakan di masyarakat terutama untuk penyakit yang dirasa tidak berat ditanggulangi di Puskesmas, baik Puskesmas induk maupun pembantu.
KEGIATAN
1. Pelayanan Ibu Hamil
– anamnesa
– timbang berat badan, tensi
– pemeriksaan tinggi fundus
– laboratorium
– imunisasi TT
– pemberian Fe
– penyuluhan
– pemasukan data
2. Pelayanan bayi dan balita
Tujuan : agar dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi, balita dan melalui KMS
Sasaran : bayi dan balita

Kegiatan :
a. Di dalam gedung
– Pelayanan bayi dan balita
• Timbang BB dan pengisian KMS
• Pemberian imunisasi : BCG, DPT, Polio, campak
• Penyuluhan
– Pelayanan bayi dan balita
• Anamnesa
• Timbangan BB, PB, LK
• Pengisian KMS
• Pemberian pengobatan sesuai kebutuhan
b. Di luar gedung
– Posyandu
– Penyuluhan
3. Pelayanan Kesehatan Lansia
Kegiatan :
Posyandu lansia
– penyuluhan kesehatan
– penimbangan
– pemeriksaan kesehatan
4. Pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut
– anamnese
– memberikan pengobatan
5. Usaha peningkatan gizi
Kegiatan :
a. Penyuluhan tentang gizi keluarga, lanjut usia, warga yang kekurangan gizi terutama ibu hamil dan anak.
b. Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita.
c. Penimbangan dan pengisisan KMS anak dan ibu hamil.
d. Pencegahan dan penanggulangan anemi gizi.
e. Pemantauan Status Gizi.
f. Pemeriksaan garam yang telah digunakan masyarakat.
g. Survei Konsumsi Gizi/AKG.
h. Pemberian vitamin A (Vit. A biru 6-11 bln, vit A merah 1-5 tahun).
i. Kunjungan rumah dan pembinaan anak penderita BGM.
j. Pembinaan Posyandu.
k. SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)
6. Usaha Kesehatan Sekolah
Kegiatan :
– Pemberian pelayanan kesehatan bagi siswa sekolah melalui UKS
– Melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah
– Pemberian imunisasi DT dan TT
7. Upaya Pelaksanaan laboratorium sederhana
Kegiatan :
a. Pemeriksaan Speciment Darah yaitu golongan darah, gula darah, asam urat.
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan sputum (untuk mencari BTA)
d. Pencatatan dan pelaporan
8. Pencatatan dalam rangka sistem informasi kesehatan
Pencatatan dan pelaporan meliputi :
– data umum
– data ketenagaan
– data kegiatan Puskesmas
9. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
– Penyediaan dan persediaan air bersih
– Pembangunan jamban keluarga (JAGA) oleh masyarakat
– Pembangunan sarana pembuangan air limbah (SPAL) oleh masyarakat
– Pemeliharaan sanitasi di tempat umum

10. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
– Penyebarluasan informasi kesehatan
– Pembinaan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan
11. Perawatan Kesehatan Masyarakat
– Meningkatkan jumlah desa dalam pembinaan Puskesmas
– Meningkatkan target cakupan/jangkauan kasus resiko tinggi yang memerlukan asuhan keperawatan

BAB IV
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM GIZI

Anak usia dibawah lima tahun merupakan kelompok yang rawan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi dan Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi yang utama yang banyak dijumpai di Indonesia. Saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, yang sering diasumsikan kecenderungan KEP.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan.
Program yang dilakukan Puskesmas Bandarharjo dalam rangka menanggulangi masalah gizi :
1. Tingkat rumah tangga
– Ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang guna mengetahui berat badan anak tiap bulan.
– Ibu tetap memberikan ASI kepada anaknya sampai umur 2 tahun.
– Ibu memberikan makanan pendamping ASI kepada anaknya sesuai umur.
– Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas.
2. Tingkat Posyandu
– Kader melakukan penimbangan balita setiap di Posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS.
– Kader memberikan nasehat pada ibu balita untuk memberikan hanya ASI saja kepada bayi umur 0-6 bulan.
– Kader merujuk balita ke Puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lainnya.
– Bila ditemukan balita sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke Bidan Desa atau Puskesmas.

3. Puskesmas
– Puskesmas menerima rujukan BGM dari Posyandu ke wilayah kerja.
– Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan mengukur tunggu badan.
– Mengelola kembali program perbaikan gizi yang terlaksana di Puskesmas Bandarharjo dengan penyuluhan gizi, Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
– Mengambil tindakan pada balita KEP berat untuk dirujuk ke Puskesmas dan selanjutnya ke RSU Umum Daerah.

BAB V
PENUTUP

Tiada kata yang dapat kami ucapkan, selain rasa syukur atas terlaksananya kegiatan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang.
Dari kegiatan tersebut, penyusun dapat memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat yang merupakan pusat pengembangan bagi kesehatan masyarakat dan bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang meliputi pelayanan : Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, yang ditujukan kepada seluruh penduduk dengan tidak membedakan ras, jenis kelamin, dan golongan.
Kegiatan pokok Puskesmas yang optimal tidak lepas dari kemampuan tenaga kerja maupun sarana dari Puskesmas tersebut, serta membutuhkan peran serta masyarakat seluruhnya.

B. Saran
Pelayanan di Puskesmas Bandarharjo pada umumnya seperti kami ketahui sudah baik dan telah mampu memberikan pertolongan kepada masyarakat yang membutuhkan pengobatan. Khususnya dalam bidang gizi, penyuluhan dan Pojok Gizi kepada pengunjung Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan sarana penunjang untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas Bandarharjo.

KEGIATAN DI PUSKESMAS BANDARHARJO KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG

Hari/tanggal Kegiatan Keterangan
Senin, 26 Maret 2007 – Perkenalan
– Poli KIA
– Apotek Menimbang balita
Mengisi KMS
Membantu pelayanan di apotek
Selasa, 27 Maret 2007 – Poli KIA
– Konsultasi Gizi
– Melengkapi data untuk laporan PKl
Menimbang balita
Mengisi KMS
Penyuluhan Anemis pada Bumil
Penyuluhan pada balita
Melihat contoh laporan bulanan Puskesmas (program kesehatan keluarga)
Rabu, 28 Maret 2007 – Poli KIA
– Posyandu balita dan lansia RW V dan XI Menimbang balita
Penyuluhan pada lansia dan balita
Mencatat pelaksanaan PMT balita dan lansia
Kamis, 29 Maret 2007 – Poli KIA
– Posyandu balita dan lansia RW XVI Menimbang balita
Penyuluhan pada lansia dan balita
Mencatat pelaksanaan PMT balita dan lansia
Membantu pelayanan imunisasi
Jumat, 30 Maret 2007 – Apotek
– Melengkapi data untuk laporan
Membantu pelayanan di Apotek
Membuat laporan

JADWAL KEGIATAN POSYANDU PUSKESMAS BANDARHARJO KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG

NO LOKASI HARI POSYANDU WAKTU
KELURAHAN BANDARHARJO
1 RW I TUNAS TANJUNGSARI RABU KE I PAGI
2 RW II MINASARI SELASA KE I (RT 1-5)
MINGGU KE IV (RT 6-10) SORE
3 RW III TUNAS MELATI SORE
4 RW IV SINAR HARAPAN MINGGU KE I SORE
5 RW V TUNAS LESTARI RABU KE IV PAGI
6 RW VI BHAKTI LUHUR KAMIS KE III PAGI
7 RW VII LESTARI RABU KE I PAGI
8 RW VIII BINA KASIH RABU KE III SORE
9 RW IX MEKARSARI RABU KE III PAGI
10 RW X MEKAR WANGI RABU KE II PAGI
11 RW XI TUNAS BAHTERA RABU KE V PAGI
12 RW XII TUNAS BANGSA MINGGU KE II SORE
KELURAHAN TANJUNG MAS
1 RW I WAHANASARI SABTU KE III PAGI
2 RW II TANJUNGSARI SELASA KE IV PAGI
3 RW III SRI TANJUNG RABU KE I PAGI
4 RW IV TANJUNG SEJAHTERA KAMIS KE III PAGI
5 RW V BANDAR SEJAHTERA KAMIS KE III PAGI
6 RW VI WARGA SEJAHTERA RABU KE II PAGI
7 RW VII WARGA SEJAHTERA RABU KE II PAGI
8 RW VIII TUNAS SEJAHTERA RABU KE II PAGI
9 RW IX TUNAS BAHAGIA RABU KE III PAGI
10 RW X TUNAS MUDA SELASA KE III PAGI
11 RW XI TUNAS HARAPAN MINGGU KE II SORE
12 RW XII TUNAS BAHAGIA KAMIS KE IV PAGI
13 RW XIII MAWAR MERAH KAMIS KE IV PAGI
14 RW XIV KENANGA KAMIS KE I PAGI
15 RW XV CEMPAKA KAMIS KE I PAGI
16 RW XVI MAWAR MELATI KAMIS KE IV PAGI
KELURAHAN DADAPSARI
1 RW I MAWAR SABTU KE II PAGI
2 RW II TUNA HARAPAN MINGGU KE III SORE
3 RW III ANGGREK TANGGAL 15 SORE
4 RW IV MEKARSARI TANGGAL 13 SORE
5 RW V DELIMA TANGGAL 15 SORE
6 RW VI MELATI TANGGAL 11 PAGI
7 RW VII MEKARSARI TANGGAL 26
SORE
8 RW VIII DAHLIA TANGGAL 26 SORE
9 RW IX KACANG HIJAU TANGGAL 20 PAGI
10 RW X CRYSAN TANGGAL 10 PAGI
KELURAHAN KUNINGAN
1 RW I BAHAGIA TANGGAL 12 SORE
2 RW II TUNAS BANGSA TANGGAL 15 SORE
3 RW III TUNAS MUDA MINGGI KE III SORE
4 RW IV DLFIA – SORE
5 RW VIII SEJAHTERA TANGGAL 15 SORE
6 RW IX MEKARSARI SABTU KE II PAGI
7 RW X NUSA INDAH SABTU KE II SORE
8 RW XI MELATI RABU TERAKHIR SORE

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1999, Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga.
Depkes RI, 1999, Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi, Program Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan.
Data Base Puskesmas Bandarharjo Tahun 2006
Rencana Kerja Puskesmas Bandarharjo Tahun 2006

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 16, 2011 inci Uncategorized

 

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KB DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melalui konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan di Kairo tahun 1994 disepakati paradigma baru program KB dari pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih ke arah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender.
Dalam konferensi tersebut disepakati pula program kesehatan reproduksi suatu keadaan Sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Dengan konsep yang demikian, penanganan kesehatan reproduksi menjadi cukup luas yang antara lain meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi setiap individu, baik pria maupun perempuan sepanjang siklus hidup termasuk hak-hak reproduksi, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta reproduksi. Namun demikian sepanjang perjalanan sejarah program KB nasional, masih banyak permasalahan yang ada sehingga menimbulkan persepsi bahwa program KB dan kesehatan reproduksi saat ini masih bias gender. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan dan nifas. Tingginya angka aborsi, infeksi saluran reproduksi, penyakit menular seksual dan HIV / AIDS, kekerasan terhadap perempuan, masih tingginya pernikahan usia muda, rendahnya kesertaan pria/suami dalam KB dan masalah inpartilitas.
Kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan dan nifas. Saat ini angka kematian ibu sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup tingginya kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan, nifas dan aborsi akibat komplikasi sangat terkait adanya diskriminasi gender dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya keterlantaran perempuan bukan hanya saat hamil dan melahirkan tapi sejak perempuan itu masih kecil dan remaja.
Angka aborsi di Indonesia menurut WHO diperkirakan sekitar 750.000 – 1,5 juta tindakan per tahun yang dilakukan dalam keadaan tidak aman, dan 15 persennya mengalami kematian. Aborsi pada hakikatnya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan sebagai dampak dari pergaulan bebas yang biasanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di luar nikah, pasangan suami istri kelompok unmarried serta kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Kekerasan dalam perempuan, kekerasan dalam perempuan semakin meningkat dalam berbagai kasus seperti kekerasan rumah tangga, perkosaan dan pelecehan seksual yang jelas-jelas membawa penderitaan bagi kaum perempuan yang semenjak dahulu menjadi golongan subordinasi.
Infeksi saluran reproduksi PMS-HIV / AIDS, infeksi saluran reproduksi yang dialami oleh perempuan menjadi beban berat baginya dibanding pria / laki-laki, karena dapat mengakibatkan kemandulan, keguguran, kehamilan di luar rahim dan penyakit radang panggul. Akibat perilaku seksual yang tidak sehat yang dilakukan oleh kebanyakan kaum pria, menjadi akibat buruk yang ditanggung oleh kaum perempuan.
Tingginya pernikahan usia muda menggambarkan ketidakberdayaan perempuan dalam menentukan jalan hidupnya. Mereka dipaksa oleh orang tua karena orang tua ingin segera terbebas dari beban ekonomi, khawatir anaknya tidak dapat jodoh, segera ingin mendapat cucu dan lain sebagainya. Sementara orang tua cenderung tidak memaksa hal ini kepada anak laki-lakinya. Akibat dari pernikahan usia muda tersebut membawa resiko tinggi bagi perempuan yang melahirkan seperti resiko kematian ibu dan bayinya.
Pada keluarga infertil, istri cenderung menjadi pihak yang dipersalahkan, padahal ada kemungkinan kesalahan juga ada pada pihak laki-laki. Dalam pemeriksaan medis, istri selalu diminta untuk memeriksakan diri terlebih dahulu, dan baru diikuti oleh pemeriksaan suami apabila perempuan tidak ada indikasi infertil. Kedudukan suami yang dipandang lebih tinggi dibanding istri oleh masyarakat umumnya (misalnya sebagai kepala keluarga) mengakibatkan suami cenderung tidak mau dipersalahkan dalam masalah-masalah kesehatan reproduksi termasuk dalam infertilitas.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara senam hamil dengan proses melahirkan.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik.
2. Tujuan khusus
– Membantu keluarga dalam menangani masalah KB
– Membantu keluarga dalam pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai
– Meningkatkan peran serta keluarga dalam KB

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi yaitu mengetahui manfaat hubungan antara tingkat pengetahuan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberika informasi tentang hal-hal yang harus diketahui dan memberikan informasi tentang pendekatan penelitian.
Tinjauan pustaka adalah kegiatan peneliti dimana peneliti memahami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya (Hasan, 2002).
A. Keluarga Berencana
a. Definisi
Menurut WHO expert committee (1970) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
b. Metode kontrasepsi
Pengertian dari kontrasepsi adalah mengurangi kemungkinan terbentuknya kontrasepsi atau mencegah pembuahan (Dorland, 1998). Pada keluarga berencana digunakan alat/obat sebagai kontrasepsi. Pemilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria/supermarket, dimana calon asepter memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan (Hartanto, 2004). Metode kontrasepsi ada yang hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi suntik termasuk dalam kontrasepsi hormonal karena obat kontrasepsinya mengandung hormon kelamin wanita yaitu hormon estrogen dan progesteron. Pada dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional untuk pasangan usia subur berdasarkan masa menunda kesuburan atau kehamilan, masa mengatur kesuburan atau menjarangkan kehamilan dan masa mengakhiri kesuburan atau tidak hamil lagi (BKKBN, 1988).
c. Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi menurut Hartanto (2004), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode kontrasepsi
1) Faktor pasangan
a) Umur
b) Gaya hidup
c) Frekuensi senggama
d) Jumlah keluarga yang diinginkan
e) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
2) Faktor kesehatan
a) Status kesehatan
b) Riwayat haid
c) Riwayat keluarga
d) Pemeriksaan fisik
e) Pemeriksaan panggul
3) Faktor metode kontrasepsi
a) Efektivitas
b) Efek samping minor
c) Kerugian
d) Komplikasi yang potensial
e) Biaya
d. Macam-macam metode kontrasepsi
Hartanto (2004) dalam bukunya mengemukakan macam-macam metode kontrasepsi, sebagai berikut:
1) Metode sederhana
a) Tanpa alat
KB alamiah (metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks), coitus, interuptus
b) Dengan alat
Mekanis (kondom pria, diafragma, kap serviks, spons) dan kimiawi (vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal tablet)
2) Metode modern
a) Kontrasepsi hormonal (pil / per oral, suntikan, implant)
b) Kontrasepsi non hormonal yaitu intra uterina device (IUD)
c) Kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi)

B. Kontrasepsi Suntik
a. Definisi
Kontrasepsi suntik adalaha lat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada ibu yang masih subur (BKKBN, 1988).
b. Macam suntikan yang tersedia
Dari BKKBN (1988) membagi kontrasepsi suntik menjadi 2 golongan yaitu:
1) Golongan progestin
Kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progeston saja, yaitu terdiri dari depo medroxyprogesteron acetat (DMPA) dengan nama dagangnya depo progestin dan noristerat (NET-EN) yang mengandung norethisterone. Dosis penggunaan DPMA adalah 150 mg dalam 1 ml larutan steril yang disuntikkan setiap 3 bulan atau 12 minggu atau 90 hari dengan rentang waktu 14 hari. Sedangkan dosis untuk NET-EN adalah 200 diberikan setiap 2 bulan atau 60 hari. Cara pemberian yaitu intra muskuler di otot gluteal atau deltoid.
2) Golongan kombinasi
Kontrasepsi suntik yang merupakan kombinasi antara progesteron dan estrogen yaitu cyclofom atau cyclogeston, terdiri dari 25 mg DMPA dengan 5 mg estradiolcypionate dalam larutan steril 0,5 ml. pemberiannya setiap 30 hari dengan rentang waktu 3 hari. Cara pemberiannya sama dengan golongan progestin yaitu secara intra muskuler di otot deltoid atau otot gluteal.

c. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik
Dari Hartanto (2004) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik yaitu:
1) Primer
Kadar folikel stimulating hormon (FSH) dan Lhetenizing hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respon kelenjar hypofise terhadap gonadotropme – releasing hormon eksogonous tidak berubah sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di hipofise.
2) Sekunder
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit. Sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi ovum yang telah dibuahi karena endometrium menjadi atropi. Selain itu juga mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi.
d. Efek samping kontrasepsi suntik
Efek samping kontrasepsi suntik menurut BKKBN (1997) adalah:
1) Gangguan haid
Pada para aseptor KB suntik bisa didapat adanya gangguan haid yaitu amenorea, menoragia dan spoting. Amenorea diduga disebabkan atau berhubungan dengan atrofi endometrium. Adanya perdarahan yang irregular waspadai adanya gangguan dalam rahim dan anemia.
2) Perubahan berat badan
Berat badan bisa naik atau turun setelah penggunaan kontrasepsi suntik. Hipotesa para ahli bahwa penggunaan depomedroxi progesteron acetat (DMPA) merangsang pusat pengendali nafsu makan lebih banyak dari biasanya.
3) Sakit kepala
Insiden yang terjadi pada < 1-17% aseptor, rasa berputar, yang dapat terjadi pada satu sisi (migrain) atau seluruh bagian kepala. Waspadai jika disertai gangguan penglihatan.
4) Efek pada sistem kardiovaskuler
Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau dampaknya sangat kecil terhadap tekanan darah, tetapi dapat menurunkan High Density Lipoprotein – kolesterol (HDL-kolesterol). Hal tersebut dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler yaitu timbulnya arteriosklerosis (Hartanto, 2004). Secara farmakologi disebutkan bahwa tidak sedikit akseptor yang mengalami kenaikan tekanan darah dari yang ringan sampai berat. Perubahan ini reversibel, tetapi kadang-kadang menetap meskipun obat telah dihentikan (FKUI, 1995). Menurut penjelasan dari Depkes RI (1997) bahwa kontrasepsi suntik punya dampak yang sangat kecil terhadap peningkatan tekanan darah. Bila ada riwayat tekanan darah tinggi, metode kontrasepsi non hormonal mungkin pilihan yang lebih baik.
5) Jerawat
Munculnya jerawat atau agne mungkin akibat penggunaan progestin androgenis.
6) Keputihan
Adanya cairan putih kekuningan yang keluar dari liang vagina. Hal ini jarang terjadi, tetapi bisa disebabkan karena perubahan hormonal.
e. Kontra indikasi kontrasepsi suntik
Kontra indikasi kontrasepsi suntik menurut BKKBN (1988) adalah sebagai berikut:
1) Hamil atau kemungkinan hamil
2) Riwayat penyakit hati
3) Perdarahan di vagina yang tidak diketahui sebabnya
4) Kelainan kardiovaskuler seperti hipertensi berat, varises, infark miokard, anemia kronik
5) Tumor atau kanker ginekologik

C. Tekanan Darah
a. Definisi
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan pada dinding pembuluh darah arteri. Tekanan darah arteri adalah pengukuran tekanan darah sebagai akibat pulsasi darah melalui arteri (Kozier, 1997). Tekanan darah merupakan hasil perkalian dari cardiac output (CO) dan resistensi vaskuler perifer ®, jadi bisa dirumuskan dengan TD = CO x R (Perry and Potter, 1993).
b. Faktor-faktor yang mengontrol tekanan darah
Kozier (1997) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu:
1) Cardiac output
Cardiac output adalah jumlah darah yang diejeksikan atau dipompakan dari jantung permenit selama kontraksi ventrikel. Peningkatan dan penurunan cardiac output dapat mempengaruhi tekanan darah.
2) Volume darah
Peningkatan atau penurunan volume darah akan mempengaruhi tekanan darah. Berkurangnya volume darah bisa menurunkan tekanan darah, demikian juga sebaliknya.
3) Elastisitas dinding pembuluh darah arteri
Dinding pembuluh darah arteri normalnya adalah elastis, dimana kontraksi selama sistol dan retraksi selama diastole. Sistole adalah periode relaksasi ventrikel. Pada arteriosklerosis, terjadi penurunan elastisitas arteri dan menjadi keras dan kaku. Kondisi ini sering terjadi pada usia tua yang mengakibatkan tekanan sistole meningkat karena arteri tidak bisa berkontraksi dengan baik.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah menurut Perry and Potter (1993) adalah sebagai berikut:

1) Usia
Tekanan darah akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini dihubungkan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin besar dan meningkatkan tekanan darah.
2) Stress
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosional akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga menyebabkan vasokonstriksi arteri.
3) Latihan
Adanya latihan atau aktivitas dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah.
4) Obat-obatan
Ada beberapa obat yang bisa menyebabkan peningkatan atau penurunan tekanan darah, seperti jenis obat analgetik akan menurunkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah disebut hipertensi. Sedangkan penurunan tekanan darah disebut hipotensi. Nilai normal tekanan darah untuk dewasa adalah 120 mmHg untuk sistole dna 80 mmHg untuk sistole atau sering ditulis 120/80 mmHg. Seorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg atau 140/90 mmHg (Kozier, 1997).
d. Ada pengaruh penggunaan KB suntik terhadap peningkatan tekanan darah
Gangguan kardiovaskuler yang ditimbulkan akibat pemakaian kontrasepsi suntik salah satunya adalah dapat menurunkan High Density Lipoprotein – Kolesterol (HDL – Kolesterol) yang bisa menyebabkan terjadinya arterosklerosis, pada arteri lumennya akan semakin sempit. Sempitnya lumen arteri bisa meningkatkan resistensi atau tahanan vaskuler arteri. Selain itu arteriosklerosis akan menurunkan elastisitas dinding pembuluh darah arteri (Kozier, 1997). Pada penjelasan diatas telah disebutkan bahwa tekanan darah adalah hasil perkalian atau berbanding lurus antara cardiac output dengan resistensi atau tahanan vaskuler perifer. Dari perkalian tersebut jika salah satu mengalami peningkatan maka tekanan darah juga akan meningkat (Perry and Potter, 1993).
Kesertaan ber KB pria rendah. Data SDKI 1997 menunjukkan bahwa jumlah peserta KB baru pria hanya 1,1% sementara peserta KB perempuan mencapai lebih dari 98%, ketimpangan ini terjadi karena berbagai faktor seperti:
1) Faktor sosial budaya yang beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan. Setelah terbukti bahwa istrinya tidak menggunakan alat atau metode kontrasepsi yang ada, barulah suami merasa perlu menjadi peserta KB atau bahkan tidak menjadi peserta sama sekali (Unmed need)
2) Pelaksanaan program yang lebih mengarahkan pada kaum perempuan
3) Aksesibilitas pria terhadap informasi mengenai KB rendah karena masih terbatasnya informasi tentang peranan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi
4) Aksesibilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah. Di puskesmas terdapat pelayanan KIA yang umumnya melayani ibu dan anak saja sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan. Demikian pula terbatas kebutuhan pria/suami menyebabkan istrilah yang lebih dapat memanfaatkan sarana pelayanan tersebut
5) Jenis metode kontrasepsi untuk pria sampai saat ini masih terbatas pada kondom dan vasektomi. Berbeda dengan kontrasepsi bagi perempuan yang jenisnya jauh lebih beragam
6) Suami dominan dalam mengambil keputusan. Pemakai kontrasepsi yaitu istri dan bahkan sampai kepada pemilihan jenis metodenya, istri cenderung patuh dan kalaupun berperan biasanya hanya pada penentuan sarana pelayanannya dengan pertimbangan biaya dan jarak/lokasi

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Metode diskriptif yaitu metode analisis untuk mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya hubungan pengetahuan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian dilakukan dengan survey untuk lebih mengungkapkan sebab dan ide (Indriantono, 1999).

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002) Hasan (2002) dalam bukunya mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah total jumlah populasi menurut Sugiyono (2003), teknik pengambilan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel disebut dengan sampel jenuh.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: EGC

BKKBN. (1997). Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN

Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

http://www.google.com

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 14, 2011 inci Uncategorized

 

Raih Sukses Dengan Menjadi Diri Sendiri

 

Anda pasti pernah dengar kata-kata bijak yang berbunyi, “Jadilah diri sendiri!”. Jika didengar sekilas, kata-kata tersebut seakan tak bermakna. Padahal jika mau menghayatinya, kata-kata tersebut cukup ampuh untuk pembentukan diri yang akan mempengaruhi kelangsungan karir Anda. Menjadi diri sendiri membuat Anda memiliki fondasi kepribadian yang kuat.

Memang, untuk menjadi diri sendiri tidaklah mudah. Ada beberapa faktor yang berperan dalam hal ini. Artinya, ada sejumlah syarat dalam pembentukan diri sendiri. Mau tau kan..? Simak deh:

Jadilah pribadi yang berbeda
Sadarilah bahwa Anda berbeda dengan orang lain, baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Setiap orang memiliki ciri khas dan karakter masing-masing. Hal ini menyiratkan bahwa di satu sisi Anda memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain tetapi di sisi lain Anda juga mempunyai kekurangan dibanding orang lain. Kesadaran seperti ini akan membantu Anda merasa aman dan nyaman dalam menerima kondisi Anda yang sesungguhnya. Anda tidak merasa risau dengan keberadaan orang lain. Dan hal ini akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri Anda.

Kenalilah diri sendiri
Secara fisik Anda tentu telah mengenali diri Anda dengan baik. Misalnya berapa tinggi dan berat tubuh Anda, apa warna rambut dan kulit Anda, atau bagaimana bentuk mata Anda. Anda tentu juga mengetahui secara pasti tempat dan tanggal lahir Anda, dimana tempat tinggal Anda, dan apa pekerjaan Anda. Tetapi hal-hal fisik ini tidak cukup untuk mengenali diri sendiri. Anda dituntut untuk mengenali hal-hal yang bersifat non-fisik seperti bagaimana sifat, watak, kebiasaan, dan kepribadian Anda. Dari hal-hal seperti inilah kualitas diri Anda terbentuk.

Jangan menyesali diri
Setiap orang tak lepas dari kelemahan dan kekurangan. Namun jangan sekalipun menyesalinya. Tak perlu repot membandingkan kekurangan Anda dengan kelebihan orang lain. Toh disamping kekurangan, Anda juga punya potensi lain dan kelebihan. Dan jangan sampai Anda menempuh ‘jalan pintas’ untuk merubah diri Anda. Lebih baik gali kelebihan Anda untuk menutupi kekurangan Anda.

Evaluasi diri
Lakukan evaluasi terhadap diri sendiri untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai hambatan maupun hal yang memperlancar kesuksesan Anda. Ini mencakup berbagai aspek baik fisik maupun non fisik. Misalnya bagaimana cara bicara dan berpakaian Anda, bagaimana sifat dan karakter Anda. Jika Anda merasakan kekurangan di satu sisi maka Anda harus berusaha membenahinya. Mintalah bantuan orang lain yang mengenal Anda untuk mengevaluasi diri. Jadi Anda akan mendapatkan penilaian obyektif tentang diri Anda dan hal ini bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan diri.

Hargai diri sendiri
Berpikirlah positif tentang diri Anda. Sekalipun Anda punya kekurangan, Anda tidak boleh menilai buruk dan membenci diri sendiri.
Jika Anda selalu dibayang-bayangi kelemahan Anda, Anda akan kesulitan menerima dan menghargai diri sendiri. Maka Anda harus memulainya dari diri Anda. Jika Anda saja sudah tidak menghargai diri sendiri, bagaimana dengan orang lain?

Percaya diri
Pede atau rasa percaya diri yang Anda miliki bisa menjadi modal dasar dalam menerima diri sendiri. Anda dapat menerima diri Anda sendiri dalam segala suasana dan kondisi apapun. Kepercayaan diri ini memudahkan Anda menjadi diri sendiri. Karena Anda memiliki kebanggaan yang bersifat pribadi terhadap diri. Tapi tentu saja Anda tidak bisa puas hanya dengan rasa pede. Lebih jauh, Anda juga harus terus menggali dan meningkatkan hal-hal yang dapat meningkatkan rasa pede Anda.

Terlepas dari hal-hal di atas, Anda harus didukung oleh sikap dan pemikiran yang realistis. Artinya Anda harus menyadari bahwa Anda tidak mungkin bisa menyamai orang lain, baik fisik, kepandaian, ataupun kesuksesannya. Anda juga bisa mencapai sukses namun bukan kesuksesan seperti yang orang lain capai. Ingatlah, apapun adanya diri Anda, Anda harus menerima dan menghargai diri sebagai pribadi yang memiliki segala kekurangan dan kelebihan. Yang penting, Anda dapat menggali kelebihan Anda sendiri tanpa mencontek kelebihan orang lain. Dengan demikian, Anda akan menjadi pribadi yang kuat dan bersahaja. Dan sukses pun siap Anda gapai..

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 31, 2011 inci Uncategorized